MAKALAH
ASAS-ASAS KURIKULUM
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Perkembangan Kurikulum PAI
Disusun Oleh
Yadi
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM
NAHDLATUL ULAMA’ (UNISNU) JEPARA
KELAS C BANGSRI
TAHUN AKADEMIK 2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Kurikulum merupakan suatu rancangan
pendidikan yang memiliki kedudukan cukup penting dalam seluruh kegiatan
pendidikan, juga menentukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan.
Penyususnan kurikulum tidak dapat dikerjakan secara sembarangan, karena mutu bangsa
dikemudian hari bergantung pada pendidikan yang dikecap oleh anak-anak
sekarang, terutama melalui pendidikan formal yang diterima di sekolah. Apa yang
akan dicapai di sekolah, ditentukan oleh kurikulum sekolah itu. Jadi, barang siapa yang menguasai kurikulum,
memegang nasib bangsa dan negara. Kurikulum menjadi penentu arah tujuan bangsa
kedepan, menjadi penampung utama semangat pendidikan sebagai media untuk
mencerdaskan bangsa.[1]
Maka
dapat dipahami bahwa kurikulum sebagai alat yang begitu vital bagi perkembangan
bangsa yang dipegang oleh pemerintah suatu negara. Oleh sebab itu, setiap guru
merupakan kunci utama dalam pelaksanaan kurikulum, maka ia harus pula memahami
seluk-beluk kurikulum, termasuk asas-asasnya. Untuk itu pada kesempatan kali
ini penulis mencoba untuk memaparkan materi yang berkenaan dengan asas-asas
kurikulum dan komponen kurikulum.
B. Rumusan
Masalah
Dalam makalah ini pembahasanya
terfokus pada :
1.
Apa yang menjadi asas kurikulum?
2. Apa yang
menjadi komponen kurikulum?
C. Tujuan Penulisan
Mengetahui
hal-hal yang berkaitan dengan asas kurikulum. Mengetahui hal-hal yang berkaitan
dengan komponen kurikulum.
D. Metode Penulisan
Makalah
ini disusun berdasarkan beberapa literatur dan buku sumber yang berkenaan
dengan asas-asas kurikulum dan komponen komponen kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
1. ASAS-ASAS KURIKULUM
A. Asas Filosofis
Asas
filosofis dalam penyusunan kurikulum, berarti dalam penyusunan kurikulum
hendaknya berdasar dan terarah pada falsafah bangsa yang dianut. Falsafah atau
filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosopis, philo, philos, philen
yang berarti cinta, pecinta, mencintai, sedang Sophia berarti kebijaksanaan,
kearifan, nikmat, hakikat, dan kebenaran.
Dalam
hal ini prinsip-prinsip ajaran filsafat yang dianut oleh suatu bangsa seperti
pancasila, kapitalisme, sosialisme, komunisme dan sebagainya dapat digolongkan
sebagai falsafah dalam arti (produk) sebagai pandangan hidup atau falsafah
dalam arti praktis. Dalam penyusunan kurikulum di Indonesia yang harus diacu
adalah filsafat pendidikan Pancasila. Filsafat pendidikan dijadikan dasar dan
terarah, sedang pelaksanaannya melalui pendidikan.
Pandangan
hidup bangsa Indonesia berdasar pada Pancasila dan dengan sendirinya segala
kegiatan yang dilakuan baik oleh berbagai lembaga maupun perorangan, harapannya
tidak boleh bertentangan dengan asas pancasila, termasuk dalam kegiatan
penyusunan kurikulum. Asas filosofis dalam pengembangan kurikulum pada
hakikatnya adalah menentukan tujuan umum pendidikan. Sekolah bertujuan mendidik
anak agar menjadi manusia yang “baik”. Faktor “baik” tidak hanya ditentukan
oleh nilai-nilai, cita-cita, atau filsafat yang dianut sebuah negara, tetapi
juga oleh guru, orang tua, masyarakat, bahkan dunia.
Kurikulum
mempunyai hubungan yang erat dengan filsafat suatu bangsa, terutama dalam
menentukan manusia yang dicita-citakan sebagai tujuan yang harus dicapai
melalui pendidikan formal. Kurikulum yang dikembangkan harus mampu menjamin
terwujudnya tujuan pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. [2]
Jadi,
asas filosofis berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat
negara. Perbedaan filsafat suatu negara menimbulkan implikasi yang berbeda di
dalam merumuskan tujuan pendidikan, menentukan bahan pelajaran dan tata cara
mengajarkan, serta menentukan cara-cara evaluasi yang ditempuh. Apabila
pemerintah bertukar, tujuan pendidikan akan berubah sama sekali. Di Indonesia,
penyusunan, pengembangan, dan pelaksanaan kurikulum harus memperhatikan
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Garis-Garis Besar Haluan Negara
sebagai landasan filosofis negara. Mengapa filsafat sangat diperlukan dalam
dunia pendidikan? Menurut Nasution (2008: 28), filsafat besar manfaatnya bagi
kurikulum, yakni: Filsafat pendidikan menentukan arah kemana anak- anak harus
dibimbing. [3]
Sekolah
ialah suatu lembaga yang didirikan oleh masyarakat untuk mendidik anak menjadi
manusia dan warga negara yang dicita- citakan oleh masyarakat itu. Jadi,
filsafat menentukan tujuan pendidikan. Dengan adanya tujuan pendidikan ada
gambaran yang jelas tentang hasil pendidikan yang harus dicapai, manusia yang
bagaimana yang harus dibentuk. Filsafat juga menentukan cara dan proses yang
harus dijalankan untuk mencapai tujuan itu. Filsafat memberikan kebulatan
kepada usaha pendidikan, sehingga tidak lepas-lepas. Dengan demikian terdapat
kontinuitas dalam perkembangan anak. Tujuan pendidikan memberikan petunjuk apa
yang harus dinilai dan sampai mana tujuan itu telah tercapai. Tujuan pendidikan
memberi motivasi dalam proses belajar-mengajar, bila jelas diketahui apa yang
ingin dicapai. [4]
B. Asas Psikologi
Asas
psikologi berarti kegiatan yang mengacu pada hal-hal yang bersifat psikologi.
Pendidikan pada hakekatnya adalah suatu pelayanan yang diperuntukkan pada
siswa, oleh karena dalam psikologi juga dibahas aspek psikis yang terdapat pada
[5]Manusia sebagai makhluk yang
bersifat unitas multiplex yang terdiri atas sembilan aspek psikologi yang
kompleks. Aspek-aspek tersebut dikembangkan dengan perantara berbagai mata
pelajaran yang tercantum dalam kurikulum sebagai berikut:
- Aspek ketakwaan : dikembangkan dengan kelompok bidang pendidikan keagamaan.
- Aspek cipta : dikembangkan dengan kelompok bidang studi ekstrakurikuler, sosial, bahasa, dan filsafat.
- Aspek rasa : dikembangkan dengan kelompok bidang studi seni
- Aspek karsa : dikembangkan dengan kelompok bidang studi etika, budi pekerti, Agama, dan PPKN.
- Aspek karya (kreatif) : Dikembangkan melalu kegiatan penelitian, independen studi, dan pengembangan bakat.
- Aspek karya : Dikembangkn dengan berbagai mata pelajaran keterampilan.
- Aspek kesehatan : Dikembangkan dengan kelompok bidang studi kesehatan, olahraga.
- Aspek sosial : Dikembangkan melalui kegiatan praktek lapangan, gotong royong, kerja bakti, KKN, PPL, dan sebagainya.
- Aspek karya : Dikembangkan melalui pembinan bakat, wirausaha dan kerja mandiri.
C. Asas
Sosial Budaya/Asas Sosiologi
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan
yang menyelidiki berbagai gejala sosial hubungan antar individu dengan
individu, antar golongan, lembaga sosial yang disebut juga ilmu masyarakat.
Dunia sekitar merupakan lingkungan hidup bagi manusia. Masyarakat merupakan
kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama hingga mereka mengatur diri
mereka sendiri dan menganggap sebagai suatu kesatuan sosial. Sekolah adalah
institusi sosial yang didirikan dan ditujukan untuk memenuhi kepentingan dan
kebutuhan asyarakat. Maka kurikulum sekolah dalam penyusunan dan pelaksanaan
banyak dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial yang berkembang dan selalu
berubah di dalam masyarakat. [6]
D. Asas
Organisatoris
Asas ini berkenaan dengan masalah
bagaimana bahan pelajaran akan disajikan. Apakah dalam bentuk mata pelajaran
yang terpisah-pisah, ataukah diusahakan adanya hubungan antara pelajaran yang
diberikan, misalnya dalam bentuk broad field atau bidang studi seperti IPA,
IPS, Bahasa, dan lain-lain. Ataukah diusahakan hubungan secara lebih mendalam
dengan menghapuskan segala batas-batas mata pelajaran (dalam bentuk kurikulum
terpadu).
Penganut ilmu jiwa asosiasi akan
memilih bentuk organisasi kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran,
sedangkan penganut ilmu jiwa Gestalt akan cenderung memilih kurikulum terpadu.
8 Ilmu jiwa asosiasi yang berpendirian bahwa keseluruhan sama dengan jumlah
bagian-bagiannya, cenderung memilih kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran,
yang dengan sendirinya akan terpisah-pisah. Sebaliknya, ilmu jiwa Gestalt lebih
mengutamakan keseluruhan karena keseluruhan itu bermakna dan lebih relevan
dengan kebutuhan anak dan masyarakat.
Perlu diingatkan kembali, bahwa
tidak ada kurikulum yang baik dan tidak baik. Setiap organisasi kurikulum
mempunyai kebaikan akan tetapi tidak lepas dari kekurangan ditinjau dari
segi-segi tertentu. Selain itu, bermacam-macam organisasi kurikulum dapat
dijalankan secara bersama di satu sekolah, bahkan yang satu dapat membantu atau
melengkapi yang satunya. Kurikulum yang bagaimana yang harus dipilih?
Pertanyaan itu diajukan karena macamnya kemungkinan. Dalam mengembangkan
kurikulum harus diadakan pilihan, jadi selalu ada hasil semacam kompromi antara
anggota panitia kurikulum. Sering dikatakan bahwa, kurikulum adalah soal
pilihan. Dalam hal ini pilihan banyak bergantung pada pendirian atau sikap
seseorang tentang pendidikan. Pada umumnya dapat dibedakan dua pendirian utama,
yakni yang tradisional dan yang progresif. [7]
E. Asas
Teknologi
Ilmu pengetahuan dan teknologi satu
sama lain tidak dapat dipisahkan sebab ilmu pengetahuan yang hanya sebagai ilmu
untuk bahan bacaan tanpa praktikan untuk kepentingan umat manusia hanyalah
suatu teori yang mati. Sebaliknya praktik yang tanpa didasari oleh ilmu
pengetahuan hasilnya akan sia-sia.
Kurikulum tidak boleh meninggalkan
kemajuan teknologi pendidikan. Peningkatan penggunaan teknologi pendidikan akan
menyebabkan naiknya tingkat efektivitas dan efisien proses belajar mengajar
selalu menonjolkan peranan guru, terutama dalam memilih bahan dan
penyampaiannya.
Dengan majunya teknologi informasi,
diharapkan bahwa mengajar adalah membuat yang belajar mengajar diri sendiri,
selanjutnya, system penyampaiannya tidak harus dengan tatap muka antara guru
dan siswa. Sekarang peran guru dapat digantikan dengan media instruksional baik
yang berupa media cetak maupun non cetak terutama media elektronik, misalnya
komputer, internet, rekaman video, dan sebagainya. Dengan teknologi pendidikan
modern, proses pembelajaran akan dilakukan dengan berbagai system
penyampaiannya, misalnya system pembelajaran jarak jauh, yang penyampaiannya
dengan cara menggunakan modul, Televisi Pendidikan Nasional, siaran radio,
pendidikan, metode berprogram internet dan sebagainya. [8]
2. KOMPONEN
KURIKULUM
Sistem kurikulum terbentuk oleh
empat komponen, yaitu : komponen tujuan, isi kurikulum, komponen metode atau
strategi pencapaian tujuan, dan komponen evaluasi. Sebagai suatu sistem, setiap
komponen harus saling berkaitan satu sama lain. Manakala salah satu komponen
yang membentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan komponen
lainnya, maka sistem kurikulum secara keseluruhan juga akan tergganggu.
1. Komponen
Tujuan
Komponen tujuan berhubungan dengan
arah atau hasil yang diharapkan. Dalam skala makro, rumusan tujuan kurikulum
erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat.
Bahkan, rumusan tujuan yang menggambarkan suatu masyarakat yang di cita –
citakan, misalkan, filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat Indonesia
adalah pancasila, maka tujuan yang diharapkan tercapai oleh suatu kurikulum
adalah terbentuknya masyarakat yang pancasilais. Dalam skala mikro, tujuan
kurikulum berhubungan dengan misi dan visi sekolah serta tujuan yang lebih
sempit, seperti tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan proses pembelajaran.
2. Komponen Isi/
Materi
Pelajaran Isi kurikulum merupakan
komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa.
Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan
pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap
materi pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik
materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang
ditentukan.
3. Komponen Metode/ Strategi
Strategi
dan metode merupakan komponen ketiga dalam pengembangan kurikulum. Komponen ini
merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat penting, sebab berhubungan
dengan implementasi kurikulum. Bagaimana bagus dan idealnya tujuan yang harus
dicapai tanpa strategi yang tepat untuk mencapainya, maka tujuan itu tidak
mungkin dapat tercapai. Strategi meliputi rencana, metode dan perangkat
kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu.
4. Komponen Evaluasi
Evaluasi
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum. Melalui evaluasi, dapat
ditentukan nilai dan arti kurikulum sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan
apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak, dan bagian – bagian mana
yang harus disempurnakan. Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektivitas
pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat berfungsi untuk
mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, atau
evaluasi digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang
ditetapkan.
Lebih
jauh tentang peranan evaluasidalam pendidikan dijelaskan oleh worthen dan
sanders (worthen, 1987 :5) yaitu :
1.
Menjadi dasar pembuatan keputusan
dan pengambilan kebijakan
2.
Mengukur prestasi siswa
3.
Memperbaiki materi dan program
pendidikan[9]
BAB
III
KESIMPULAN
DAN PENUTUP
A. Kesimpulan:
- Asas-asas kurikulum, yang meliputi asas filosofis, asas psikologis, asas sosiologis, asas organisatoris dan asas teknologi. ·
- Asas filosofis dalam penyusunan kurikulum, kurikulum hendaknya berdasar dan terarah pada falsafah negara yang dianut. ·
- Asas psikologis bahwa manusia adalah makhluk yang bersifat unitas multiplex yang terdiri atas sembilan aspek psikologi yang kompleks.
- Asas sosiologi berarti, dalam penyusunan dan pelaksanaan banyak dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial yang berkembang dan selalu berubah di dalam masyarakat. ·
- Asas organisatoris lebih condong kepada masalah dalam pembentukan bahan pelajaran yang akan disajikan.
- Asas teknologi yakni kurikulum tidak boleh meninggalkan kemajuan teknologi pendidikan.
- Sistem kurikulum terbentuk oleh empat komponen, yaitu : komponen tujuan, isi kurikulum, komponen metode atau strategi pencapaian tujuan, dan komponen evaluasi.
B. PENUTUP
Alhamdulilah kami panjatkan puji
syukur kehadirat ilahi robby karena berkat rahmat, hidayat, taufiq serta
inayahnya kami dapat menyusun makalah ini. Kami telah berupaya semaksimal
mungkin dengan segala kemampuan dan usaha, namun kami yakin hasilnya masih jauh
dari kesempurnaan, kritik, saran dan pembenahan dari teman-teman dan dari bapak
dosen selalu kami harapkan, semoga allah selalu memberi petunjuk kepada kita
jalan yang lurus. Amin.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Moh. Yamin. Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan. Diva
Press. Jogjakarta. Th 2009.
2.
Dakir H. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum.
PT Rineka Cipta: Jakarta. Th 2010.
3.
Kelvin Seifert. Manajemen Pembelajaran Dan
Instruksi Pendidikan. Ircisod. Jogjakarta. Cet-Ke5. Th 2010.
4.
Sugihartono, dkk. Psikologi
Pendidikan. UNY Press. Jogjakarta. 2007.
5.
Nasution, S. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara. Th
2009.
6.
Mulyasa, E. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosda Karya. TH 2007.
7.
Drs. H. Khaeruddin. Drs. Mahfud Junaidi, M.Ag. dkk. Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan Konsep Dan Implementasinya Di Madrasah. Nuansa Aksara. Jogjakarta. Th 2007.
[1] Moh. Yamin. Manajemen Mutu
Kurikulum Pendidikan. Diva Press. Jogjakarta. Th 2009. Hal-65.
[2] Dakir H. Perencanaan dan Pengembangan
Kurikulum. PT Rineka Cipta: Jakarta. Th 2010. Hal 77.
[3] Moh.
Yamin. Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan. Diva Press. Jogjakarta. Th 2009. Hal-19.
[4] Kelvin Seifert. Manajemen
Pembelajaran Dan Instruksi Pendidikan. Ircisod. Jogjakarta. Cet-Ke5. Th
2010. Hal 175.
[5] Sugihartono, dkk. Psikologi
Pendidikan. UNY Press. Jogjakarta. 2007. Hal 4.
[6] Moh. Yamin. Manajemen Mutu
Kurikulum Pendidikan. Diva Press. Jogjakarta. Th 2009. Hal-120
[8] Mulyasa,
E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. TH
2007. Hal 98.
[9] Drs. H.
Khaeruddin. Drs. Mahfud Junaidi, M.Ag. dkk. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Konsep Dan Implementasinya Di Madrasah. Nuansa Aksara. Jogjakarta.
Th 2007. Hal 36.
nggak bisa di download ya kak?
BalasHapus