Jumat, 18 April 2014

ASAS-ASAS KURIKULUM



MAKALAH

ASAS-ASAS KURIKULUM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Perkembangan Kurikulum PAI





Disusun Oleh
     
Yadi



FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ (UNISNU) JEPARA
KELAS C BANGSRI
TAHUN AKADEMIK  2013


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
            Kurikulum merupakan suatu rancangan pendidikan yang memiliki kedudukan cukup penting dalam seluruh kegiatan pendidikan, juga menentukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan. Penyususnan kurikulum tidak dapat dikerjakan secara sembarangan, karena mutu bangsa dikemudian hari bergantung pada pendidikan yang dikecap oleh anak-anak sekarang, terutama melalui pendidikan formal yang diterima di sekolah. Apa yang akan dicapai di sekolah, ditentukan oleh kurikulum sekolah itu. Jadi, barang siapa yang menguasai kurikulum, memegang nasib bangsa dan negara. Kurikulum menjadi penentu arah tujuan bangsa kedepan, menjadi penampung utama semangat pendidikan sebagai media untuk mencerdaskan bangsa.[1]
            Maka dapat dipahami bahwa kurikulum sebagai alat yang begitu vital bagi perkembangan bangsa yang dipegang oleh pemerintah suatu negara. Oleh sebab itu, setiap guru merupakan kunci utama dalam pelaksanaan kurikulum, maka ia harus pula memahami seluk-beluk kurikulum, termasuk asas-asasnya. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis mencoba untuk memaparkan materi yang berkenaan dengan asas-asas kurikulum dan komponen kurikulum.
B. Rumusan Masalah
            Dalam makalah ini pembahasanya terfokus pada :
1.      Apa yang menjadi asas kurikulum?
2.      Apa yang menjadi komponen kurikulum?
C. Tujuan Penulisan
            Mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan asas kurikulum. Mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan komponen kurikulum.
D. Metode Penulisan
            Makalah ini disusun berdasarkan beberapa literatur dan buku sumber yang berkenaan dengan asas-asas kurikulum dan komponen komponen kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN

1. ASAS-ASAS KURIKULUM

A. Asas Filosofis
            Asas filosofis dalam penyusunan kurikulum, berarti dalam penyusunan kurikulum hendaknya berdasar dan terarah pada falsafah bangsa yang dianut. Falsafah atau filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosopis, philo, philos, philen yang berarti cinta, pecinta, mencintai, sedang Sophia berarti kebijaksanaan, kearifan, nikmat, hakikat, dan kebenaran.
            Dalam hal ini prinsip-prinsip ajaran filsafat yang dianut oleh suatu bangsa seperti pancasila, kapitalisme, sosialisme, komunisme dan sebagainya dapat digolongkan sebagai falsafah dalam arti (produk) sebagai pandangan hidup atau falsafah dalam arti praktis. Dalam penyusunan kurikulum di Indonesia yang harus diacu adalah filsafat pendidikan Pancasila. Filsafat pendidikan dijadikan dasar dan terarah, sedang pelaksanaannya melalui pendidikan.
            Pandangan hidup bangsa Indonesia berdasar pada Pancasila dan dengan sendirinya segala kegiatan yang dilakuan baik oleh berbagai lembaga maupun perorangan, harapannya tidak boleh bertentangan dengan asas pancasila, termasuk dalam kegiatan penyusunan kurikulum. Asas filosofis dalam pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah menentukan tujuan umum pendidikan. Sekolah bertujuan mendidik anak agar menjadi manusia yang “baik”. Faktor “baik” tidak hanya ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita, atau filsafat yang dianut sebuah negara, tetapi juga oleh guru, orang tua, masyarakat, bahkan dunia.
            Kurikulum mempunyai hubungan yang erat dengan filsafat suatu bangsa, terutama dalam menentukan manusia yang dicita-citakan sebagai tujuan yang harus dicapai melalui pendidikan formal. Kurikulum yang dikembangkan harus mampu menjamin terwujudnya tujuan pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. [2]
            Jadi, asas filosofis berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat negara. Perbedaan filsafat suatu negara menimbulkan implikasi yang berbeda di dalam merumuskan tujuan pendidikan, menentukan bahan pelajaran dan tata cara mengajarkan, serta menentukan cara-cara evaluasi yang ditempuh. Apabila pemerintah bertukar, tujuan pendidikan akan berubah sama sekali. Di Indonesia, penyusunan, pengembangan, dan pelaksanaan kurikulum harus memperhatikan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Garis-Garis Besar Haluan Negara sebagai landasan filosofis negara. Mengapa filsafat sangat diperlukan dalam dunia pendidikan? Menurut Nasution (2008: 28), filsafat besar manfaatnya bagi kurikulum, yakni: Filsafat pendidikan menentukan arah kemana anak- anak harus dibimbing. [3]
            Sekolah ialah suatu lembaga yang didirikan oleh masyarakat untuk mendidik anak menjadi manusia dan warga negara yang dicita- citakan oleh masyarakat itu. Jadi, filsafat menentukan tujuan pendidikan. Dengan adanya tujuan pendidikan ada gambaran yang jelas tentang hasil pendidikan yang harus dicapai, manusia yang bagaimana yang harus dibentuk. Filsafat juga menentukan cara dan proses yang harus dijalankan untuk mencapai tujuan itu. Filsafat memberikan kebulatan kepada usaha pendidikan, sehingga tidak lepas-lepas. Dengan demikian terdapat kontinuitas dalam perkembangan anak. Tujuan pendidikan memberikan petunjuk apa yang harus dinilai dan sampai mana tujuan itu telah tercapai. Tujuan pendidikan memberi motivasi dalam proses belajar-mengajar, bila jelas diketahui apa yang ingin dicapai. [4]





B. Asas Psikologi
            Asas psikologi berarti kegiatan yang mengacu pada hal-hal yang bersifat psikologi. Pendidikan pada hakekatnya adalah suatu pelayanan yang diperuntukkan pada siswa, oleh karena dalam psikologi juga dibahas aspek psikis yang terdapat pada [5]Manusia sebagai makhluk yang bersifat unitas multiplex yang terdiri atas sembilan aspek psikologi yang kompleks. Aspek-aspek tersebut dikembangkan dengan perantara berbagai mata pelajaran yang tercantum dalam kurikulum sebagai berikut:
  1. Aspek ketakwaan : dikembangkan dengan kelompok bidang pendidikan keagamaan.
  2. Aspek cipta : dikembangkan dengan kelompok bidang studi ekstrakurikuler, sosial, bahasa, dan filsafat.
  3. Aspek rasa : dikembangkan dengan kelompok bidang studi seni
  4. Aspek karsa : dikembangkan dengan kelompok bidang studi etika, budi pekerti, Agama, dan PPKN.
  5. Aspek karya (kreatif) : Dikembangkan melalu kegiatan penelitian, independen studi, dan pengembangan bakat.
  6. Aspek karya : Dikembangkn dengan berbagai mata pelajaran keterampilan.
  7. Aspek kesehatan : Dikembangkan dengan kelompok bidang studi kesehatan, olahraga.
  8. Aspek sosial : Dikembangkan melalui kegiatan praktek lapangan, gotong royong, kerja bakti, KKN, PPL, dan sebagainya.
  9. Aspek karya : Dikembangkan melalui pembinan bakat, wirausaha dan kerja mandiri.

C. Asas Sosial Budaya/Asas Sosiologi
            Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala sosial hubungan antar individu dengan individu, antar golongan, lembaga sosial yang disebut juga ilmu masyarakat. Dunia sekitar merupakan lingkungan hidup bagi manusia. Masyarakat merupakan kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama hingga mereka mengatur diri mereka sendiri dan menganggap sebagai suatu kesatuan sosial. Sekolah adalah institusi sosial yang didirikan dan ditujukan untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan asyarakat. Maka kurikulum sekolah dalam penyusunan dan pelaksanaan banyak dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial yang berkembang dan selalu berubah di dalam masyarakat. [6]

D. Asas Organisatoris
            Asas ini berkenaan dengan masalah bagaimana bahan pelajaran akan disajikan. Apakah dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, ataukah diusahakan adanya hubungan antara pelajaran yang diberikan, misalnya dalam bentuk broad field atau bidang studi seperti IPA, IPS, Bahasa, dan lain-lain. Ataukah diusahakan hubungan secara lebih mendalam dengan menghapuskan segala batas-batas mata pelajaran (dalam bentuk kurikulum terpadu).
            Penganut ilmu jiwa asosiasi akan memilih bentuk organisasi kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran, sedangkan penganut ilmu jiwa Gestalt akan cenderung memilih kurikulum terpadu. 8 Ilmu jiwa asosiasi yang berpendirian bahwa keseluruhan sama dengan jumlah bagian-bagiannya, cenderung memilih kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran, yang dengan sendirinya akan terpisah-pisah. Sebaliknya, ilmu jiwa Gestalt lebih mengutamakan keseluruhan karena keseluruhan itu bermakna dan lebih relevan dengan kebutuhan anak dan masyarakat.
            Perlu diingatkan kembali, bahwa tidak ada kurikulum yang baik dan tidak baik. Setiap organisasi kurikulum mempunyai kebaikan akan tetapi tidak lepas dari kekurangan ditinjau dari segi-segi tertentu. Selain itu, bermacam-macam organisasi kurikulum dapat dijalankan secara bersama di satu sekolah, bahkan yang satu dapat membantu atau melengkapi yang satunya. Kurikulum yang bagaimana yang harus dipilih? Pertanyaan itu diajukan karena macamnya kemungkinan. Dalam mengembangkan kurikulum harus diadakan pilihan, jadi selalu ada hasil semacam kompromi antara anggota panitia kurikulum. Sering dikatakan bahwa, kurikulum adalah soal pilihan. Dalam hal ini pilihan banyak bergantung pada pendirian atau sikap seseorang tentang pendidikan. Pada umumnya dapat dibedakan dua pendirian utama, yakni yang tradisional dan yang progresif. [7]

E. Asas Teknologi
            Ilmu pengetahuan dan teknologi satu sama lain tidak dapat dipisahkan sebab ilmu pengetahuan yang hanya sebagai ilmu untuk bahan bacaan tanpa praktikan untuk kepentingan umat manusia hanyalah suatu teori yang mati. Sebaliknya praktik yang tanpa didasari oleh ilmu pengetahuan hasilnya akan sia-sia.
            Kurikulum tidak boleh meninggalkan kemajuan teknologi pendidikan. Peningkatan penggunaan teknologi pendidikan akan menyebabkan naiknya tingkat efektivitas dan efisien proses belajar mengajar selalu menonjolkan peranan guru, terutama dalam memilih bahan dan penyampaiannya.
            Dengan majunya teknologi informasi, diharapkan bahwa mengajar adalah membuat yang belajar mengajar diri sendiri, selanjutnya, system penyampaiannya tidak harus dengan tatap muka antara guru dan siswa. Sekarang peran guru dapat digantikan dengan media instruksional baik yang berupa media cetak maupun non cetak terutama media elektronik, misalnya komputer, internet, rekaman video, dan sebagainya. Dengan teknologi pendidikan modern, proses pembelajaran akan dilakukan dengan berbagai system penyampaiannya, misalnya system pembelajaran jarak jauh, yang penyampaiannya dengan cara menggunakan modul, Televisi Pendidikan Nasional, siaran radio, pendidikan, metode berprogram internet dan sebagainya. [8]


2. KOMPONEN KURIKULUM
            Sistem kurikulum terbentuk oleh empat komponen, yaitu : komponen tujuan, isi kurikulum, komponen metode atau strategi pencapaian tujuan, dan komponen evaluasi. Sebagai suatu sistem, setiap komponen harus saling berkaitan satu sama lain. Manakala salah satu komponen yang membentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan komponen lainnya, maka sistem kurikulum secara keseluruhan juga akan tergganggu.

1. Komponen Tujuan
            Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan. Dalam skala makro, rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan yang menggambarkan suatu masyarakat yang di cita – citakan, misalkan, filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat Indonesia adalah pancasila, maka tujuan yang diharapkan tercapai oleh suatu kurikulum adalah terbentuknya masyarakat yang pancasilais. Dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan misi dan visi sekolah serta tujuan yang lebih sempit, seperti tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan proses pembelajaran.
2. Komponen Isi/ Materi
            Pelajaran Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap materi pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
3. Komponen Metode/ Strategi
            Strategi dan metode merupakan komponen ketiga dalam pengembangan kurikulum. Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat penting, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Bagaimana bagus dan idealnya tujuan yang harus dicapai tanpa strategi yang tepat untuk mencapainya, maka tujuan itu tidak mungkin dapat tercapai. Strategi meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu.
4. Komponen Evaluasi
            Evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum. Melalui evaluasi, dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak, dan bagian – bagian mana yang harus disempurnakan. Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektivitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan.
            Lebih jauh tentang peranan evaluasidalam pendidikan dijelaskan oleh worthen dan sanders (worthen, 1987 :5)  yaitu :
1.      Menjadi dasar pembuatan keputusan dan pengambilan kebijakan
2.      Mengukur prestasi siswa
3.      Memperbaiki materi dan program pendidikan[9]



















BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan:
  1. Asas-asas kurikulum, yang meliputi asas filosofis, asas psikologis, asas sosiologis, asas organisatoris dan asas teknologi. ·          
  2. Asas filosofis dalam penyusunan kurikulum, kurikulum hendaknya berdasar dan terarah pada falsafah negara yang dianut. ·          
  3. Asas psikologis bahwa manusia adalah makhluk yang bersifat unitas multiplex yang terdiri atas sembilan aspek psikologi yang kompleks.      
  4. Asas sosiologi berarti, dalam penyusunan dan pelaksanaan banyak dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial yang berkembang dan selalu berubah di dalam masyarakat. ·          
  5. Asas organisatoris lebih condong kepada masalah dalam pembentukan bahan pelajaran yang akan disajikan.          
  6. Asas teknologi yakni kurikulum tidak boleh meninggalkan kemajuan teknologi pendidikan.
  7.  Sistem kurikulum terbentuk oleh empat komponen, yaitu : komponen tujuan, isi kurikulum, komponen metode atau strategi pencapaian tujuan, dan komponen evaluasi.

B. PENUTUP
            Alhamdulilah kami panjatkan puji syukur kehadirat ilahi robby karena berkat rahmat, hidayat, taufiq serta inayahnya kami dapat menyusun makalah ini. Kami telah berupaya semaksimal mungkin dengan segala kemampuan dan usaha, namun kami yakin hasilnya masih jauh dari kesempurnaan, kritik, saran dan pembenahan dari teman-teman dan dari bapak dosen selalu kami harapkan, semoga allah selalu memberi petunjuk kepada kita jalan yang lurus. Amin.





DAFTAR PUSTAKA
1.      Moh. Yamin. Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan. Diva Press. Jogjakarta. Th 2009.
2.      Dakir H. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. PT Rineka Cipta: Jakarta. Th 2010.
3.      Kelvin Seifert. Manajemen Pembelajaran Dan Instruksi Pendidikan. Ircisod. Jogjakarta. Cet-Ke5. Th 2010.
4.      Sugihartono, dkk. Psikologi Pendidikan. UNY Press. Jogjakarta. 2007.
5.      Nasution, S. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara. Th 2009.
6.      Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. TH 2007.
7.      Drs. H. Khaeruddin. Drs. Mahfud Junaidi, M.Ag. dkk. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Konsep Dan Implementasinya Di Madrasah. Nuansa Aksara. Jogjakarta. Th 2007.



[1] Moh. Yamin. Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan. Diva Press. Jogjakarta. Th 2009. Hal-65.
[2] Dakir H. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. PT Rineka Cipta: Jakarta. Th 2010. Hal 77.
[3] Moh. Yamin. Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan. Diva Press. Jogjakarta. Th 2009. Hal-19.
[4] Kelvin Seifert. Manajemen Pembelajaran Dan Instruksi Pendidikan. Ircisod. Jogjakarta. Cet-Ke5. Th 2010. Hal 175.
[5] Sugihartono, dkk. Psikologi Pendidikan. UNY Press. Jogjakarta. 2007. Hal 4.
[6] Moh. Yamin. Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan. Diva Press. Jogjakarta. Th 2009. Hal-120
[7] Nasution, S. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara. Th 2009. Hal 127.
[8] Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. TH 2007. Hal 98.
[9] Drs. H. Khaeruddin. Drs. Mahfud Junaidi, M.Ag. dkk. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Konsep Dan Implementasinya Di Madrasah. Nuansa Aksara. Jogjakarta. Th 2007. Hal 36.

1 komentar: