Senin, 14 April 2014

Makalah Filsafat Ilmu



MAKALAH FILSAFAT ILMU
ALAT DAN SARANA MEMPEROLEH ILMU PENGETAHUAN



Oleh :
Yadi
210298




BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah
Ilmu merupakan pengetahuan yang kita gelimuti sejak lahir sampai liang lahat. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterusterang kepada diri kita sendiri : apakah yang saya ketahui sebenarnya?, tentang ilmu apa ciri-cirinya yang membedakan ilmu dan pengetahuan-pengetahuan lainya yang bukan ilmu. Potensi karsa inilah menjadi dorongan rasa ingin tahu itu muncul dan berkembang.
Karena pengetahuan merupakan suatu kata yang digunakan untuk menunjukkan apa yang diketahui oleh seseorang tentang sesuatu. Ilmu pengetahuan senantiasa memiliki subyek, yakni yang mengetahui, karena tanpa ada yang mengetahui tidak mungkin ada ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan juga berkaitan erat dengan kebenaran karena demi mencapai kebenaranlah ilmu pengetahuan itu eksis.

B. Rumusan masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, maka dapat kita mengambil rumusan masalah sesuai dengan judul makalah “Alat dan Memperoleh Ilmu Pengetahuan” . Dalam makalah ini kami akan  membahas tentang alat dan sarana untuk memperoleh pengetahuan.

B. Tujuan makalah
Didalam Makalah Kami Ini Akan Menjelaskan Rumusan Masalah.

BAB II
PEMBAHASAN

“ALAT DAN SARANA MEMPEROLEH ILMU PENGETAHUAN”

A. Alat untuk memperoleh Ilmu Pengetahuan
Semua orang mengakui mememiliki pengetahuan, persoalannya dari mana pengetahuan itu diperoleh atau lewat mana pengetahuan itu didapat.[1] Pengetahuan adalah keadaan tahu, pengetahuan adalah semua yang diketahui. Manusia ingin tahu, lantas ia mencari dan memperoleh pengetahuan. Nah, yang diperolehnya itulah pengetahuan. Pengetahuan adalah semua yang diketahui.[2] Dari pernyataan itu mungkin  dalam benak pikiran kita  kita mungkin timbul pertanyaan,  darimana kita bisa memperoleh ilmu dan darimana ilmu itu kita dapat.
Pada hakekatnya sumber ilmu pengetahuan itu adalah : Wahyu (al-Qur’an dan Sunnah), alam semesta, manusia, dan sejarah. Sedangkan alat untuk memperoleh ilmu pengetahuan yaitu :
1.      Indra
2.      Rasio
3.      Intuisi
1.      Indra
            Orang merasa bahwa pengindra adalah alat yang paling vital dalam memperoleh pengetahuan. Memang dalam hidup manusia  tampaknya pengindraan adalah satu-satunya alat untuk menyerap segala obyek yang ada  diluar diri manusia.   Karena terlalu menekankan pada keyakinan, paham demikian dalam filsafat disebut realism.  Realisme suatu paham yang berpendapat bahwa semua yang dapat diketahui hanya kenyataan. Jadi  pemahaman berawal dari kenyataan  yang dapat diindrai.
            Jadi dapat disimpulkan bahwa pengalaman indra merupakan sumber pengetahuan berupa alat-alat untuk menangkap obyek dari luar diri manusia  melalui kekuatan indra. Kekhilafan akan terjadi apabila ada ketidaknormalan diantara alat itu.
2.      Rasio
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap obyek. Bagi aliran ini kekeliruan pada aliran empirisme/Indra  yang disebabkan kelemahan alat indra dapat dikoreksi, seandainya akal digunakan. Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indra dalam memperoleh pengetahuan. Pengalaman indra diperlukan untuk merangsang akal dan memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja, tetapi sampainya manusia pada kebenaran adalah semata-mata akal.  Laporan indra menurut rasionalisme merupakan bahan yang belum jelas, bahkan ini memungkinkan dipertimbangkan oleh akal dalam pengalaman berfikir. Akal mengatur bahan tersebut sehingga dapatlah terbentuk pengetahuan yang benar. Jadi fungsi panca indra hanyalah untuk memperoleh data-data dari alam nyata dan akalnya menghubungkan data-data itu satu dengan yang lain.[3]
3.       Intuisi
            Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Seseorang yang sedang terpusat pikirannya pada sesuatu masalah tiba-tiba saja menemukan jawaban atas permasalahan tersebut. Tanpa melalui proses berpikir yang berliku-liku tiba-tiba saja dia sudah sampai situ. Jawaban permasalahan yang sedang dipikirkannya muncul dibenaknya bagaikan kebenaran yang membukakan pintu. Bagimana hal tersebut dapat terjadi pada diri manusia? Para filosof muslim mencoba menjawab pertanyaan tersebut diantaranya Al Kindi (796-873 M), Ibnu miskawaih (941-1030 M), dan Ibnu Sina (980-1037 M) Menurut Ibnu Sina, dalam kehidupan ini terdapat tiga jiwa, yaitu jiwa tumbuh-tumbuhan, jiwa binatang, dan jiwa manusia. Masing-masing jiwa tersebut memiliki daya-daya. Jiwa tumbuhan memiliki tiga daya, yaitu daya makan, daya tumbuh, dan daya membiak. Sdangkan jiwa binatang memiliki daya penggerak dan daya pencerap. Jiwa manusia hanya memiliki satu daya yaitu akal.
B. Sarana  untuk memperoleh Ilmu Pengetahuan
1.      Bahasa
Bahasa sebagai salah satu sarana ilmiah jelas merupakan alat untuk mengembangkan materi pengetahuan berdasarkan metode ilmiah. Bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan komunikasi secara verbal digunakan dalam proses berfikir ilmiah. Pengunaan bahasa yang baik dalam berfikir belum tentu mendapatkan kesimpulan yang benar, apalagi jika menggunakan bahasa yang tidak benar. Premis yang salah akan menghasilakan kesimpulan yang salah juga. Jadi ini merupakan bukti bahwa bahasa memiliki fungsi sebagai sarana berfikir. [4]
2.      Matematika.
            Sebagai sarana fungsi matematika sama luasnya dengan fungsi bahasa yang berhubungan pengembangan ilmu pengetahuan. Dalam hal ini matematika berperan dalam berfikir deduktif. Matematika merupakan sarana untuk mengembangkan makna dari serangkaian pernyataan yang ingin diungkapkan. Matematika bisa dikatakan sebagai bahasa yang pasti (Exact) dan menghilangkan sifat majemuk dan emosional yang biasa terdapat pada bahasa verbal. Kelebihan lain dari matematika bila dibanding dengan bahasa verbal, yaitu dalam matematika dikembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran  secara kuantitatif.
3.      Statistik
Statistik merupakan kumpulan data baik berupa bilangan maupun bukan bilangan yang disusun dalam tabel atau diagram yang melukiskan atau menggambarkan suatu persoalan. Pengumnpulan data statistik apabila ditinjau dari tujuannya dapat digolongkan dalam dua kelompok besar, yaitu untuk tujuan praktis dan tujuan keilmuan. Kedua tujuan tersebut sebenarnya tidak mempunyai perbedaan yang hakiki karena kegiatan keilmuan merupakan dasar dari kegiatan praktis
4.      Logika
Dalam penalaran berfikir deduksi dan induksi, menggunakan logika sebagai dasar berfikir, dasar berfilsafat, sekaligus sebagai sarana ilmu. Sebagai dasar filsafat, karena untuk berfilsafat yang benar harus dilandasi lagika, dan sebagai sarana ilmu, karena semua ilmu harus didukung oleh penalaran logika dan sistematis yang merupakan salah satu syarat ilmiah.
Dari hal tersebut, dapat diketahui bahwa logika adalah salah satu cabang atau bagian dari filsafat ilmu yang mempelajari tentang aktifitas ilmu atau rasio manusia dipandang dari segi benar atau salah. [5]


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Pada hakekatnya sumber ilmu pengetahuan itu adalah : Wahyu (al-Qur’an dan Sunnah), alam semesta, manusia, dan sejarah.
2.      alat untuk memperoleh ilmu pengetahuan yaitu :
- indra
- rasio
- intuisi
3.      sarana untuk memperoleh ilmu pengetahuan:
- bahasa
- matematika
- statistik
- logika
           
B. PENUTUP
Demkianlah makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan manfaat. Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penyusunan makalah ini. kritik dan saran senantiasa kami nantikan sebagai koreksi agar makalah ini semakin sempurna.



DAFTAR PUSTAKA



1.      Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Akal Dan Hati Sejak Thales Sampai Chapra. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Cet-Ke-17- Th. 2009.
2.      Prof.Dr. Amsal Bakhtiyar, M.A. Filsafat Ilmu. PT. raja Grafindu Persada Jakarta. Tahun 2004
3.      Drs Surajiyo Ilnu Filsafat. Bumi Aksara
4.      Prof. Dr.dr.Stefanus Supriyanto  2013. Filsafat Ilmu.  (Surabaya : Prestasi Pustaka,



[1] Amsal Bakhtiar. Filsafat Ilmu.  (Jakarta : Rajawali pers,2009)Hal 98
[2] Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Akal Dan Hati Sejak Thales Sampai Chapra. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Cet-Ke-17- Th. 2009. Hal-16
[3] Amsal Bakhtiar. Filsafat Ilmu.  (Jakarta : Rajawali pers,2009)Hal 102

[4] Prof. Dr.dr.Stefanus Supriyanto MS. Filsafat Ilmu.  (Surabaya : Prestasi Pustaka, 2013 )

[5] Prof. Dr.dr.Stefanus Supriyanto MS. Filsafat Ilmu.  (Surabaya : Prestasi Pustaka, 2013 )


Tidak ada komentar:

Posting Komentar